| http://edukasi.kompas.com/ |
Jumat, 10 Februari 2012 |
Ayu Rahayu Elfitri: Ni Made Sadgunasih |
JAKARTA, KOMPAS.com — Tak ada mimpi dan harapan yang
tak mungkin diwujudkan. Kata-kata ini sepertinya tepat untuk
menggambarkan perjalanan Ni Made Sadgunasih dalam mewujudkan impiannya
menjadi seorang bidan. Made adalah mahasiswi akademi kebidanan. Kerja
keras dan keyakinan akhirnya bisa mengantarkan perempuan berusia 26
tahun ini untuk menempuh pendidikan tinggi. Di tengah keterbatasan
perekonomian keluarga, apa yang dicapai Made merupakan sebuah hal yang
patut dibanggakan.
Made, saat ditemui Kompas.com
beberapa hari lalu, menceritakan kisahnya di tengah sukacita menerima
beasiswa 1.000 dollar AS dari DKT Indonesia. Ia mengungkapkan, sejak
kecil, menjadi bidan adalah cita-citanya. Setelah menamatkan SMA,
mimpinya itu seakan sirna karena ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya
di akademi kebidanan. Akhirnya, Made memutuskan untuk mencari
pekerjaan. Berbagai jenis pekerjaan sudah ia lakoni, hingga terakhir ia
bekerja sebagai pegawai di sebuah spa di Denpasar, Bali.
"Di tempat tinggal saya tidak ada bidan, yang membantu kelahiran di sana hanya paroji yang biasa membantu lahiran kambing. Mirisnya, pisau yang digunakan untuk lahiran kambing itu juga yang ia gunakan untuk memotong tali pusat manusia."
Namun, mimpinya kembali muncul. Ia tak menyerah.
Sedikit demi sedikit, penghasilan yang diperoleh dikumpulkannya. Hingga
akhirnya Made berhasil mencecap bangku kuliah dan mendapatkan beasiswa
yang bisa meringankan bebannya membiayai kuliah. Sebagian beasiswa akan
dimanfaatkannya untuk membuat usaha kecil-kecilan agar bisa mendukung
biaya kuliahnya hingga akhir studi.
Kini, dengan harapan baru
itu, ia mencoba meraih kembali mimpinya di akademi kebidanan. Mimpi
menjadi bidan kini mendekati kenyataan. Sebuah mimpi yang
dilatarbelakangi langkanya tenaga kesehatan di kampung halamannya.
"Di
tempat tinggal saya tidak ada bidan, yang membantu kelahiran di sana
hanya paroji dan parojinya itu biasa membantu lahiran kambing. Mirisnya,
pisau yang digunakan untuk lahiran kambing itu juga yang ia gunakan
untuk memotong tali pusat manusia. Dan itu yang terjadi pula pada
kelahirannya," kisah Made.
Setelah menamatkan pendidikannya, selain praktik di rumah sakit, Made juga punya harapan bisa memiliki klinik.
"Impian
saya adalah ingin menjadi pemilik sebuah yayasan yang mempunyai
beberapa rumah sakit bersalin untuk ibu dengan ekonomi bawah serta ingin
mempunyai sebuah perusahaan spa dan akan membuat bagaimana spa itu
murah sehingga juga bisa dinikmati orang kelas ekonomi bawah. Selain
itu, dari kecil saya juga mempunyai mimpi membuat sekolah bakat gratis.
Jadi, selain bisa bersekolah, ia juga bisa sekalian mengasah bakatnya,"
tutur Made.