Sahabat Intrans Publishing,


Karya Kelompok Intrans Publishing
Setara
Intrans
Madani
Beranda
Empat Dua
Selaksa

Minggu, 09 Desember 2012

Jalan Surga Jalan Dunia

Saatnya Mengubah Mind-Set
Oleh: Vina N Istighfarini

Kalau saya sedang sedih karena tertipu waktu masih muda dulu, saya biasanya mengurung diri di dalam kamar dan berdoa terus-menerus. Bapak saya selalu mendatangi saya di dalam kamar dan berkata,“Tuhan tidak akan menurunkan hujan emas karena doa. Tuhan memberi rejeki dari doa dan usaha. Jangan hanya berdoa dan menyesal seperti tidak ber-Tuhan. Kalau di rumah saja kamu tidak akan bisa mendapatkan peluang. Masih beruntung kamu yang ditipu daripada yang menipu.”(hlm.21)

Sebuah pesan masuk di ponsel saya berisi kutipan kalimat dalam buku Jalan Surga Jalan Dunia. Saya memang bukan (atau mungkin belum menjadi) seorang pengusaha. Tapi ketika membaca pesan itu saya langsung tertarik pada buku tersebut. Dan senang sekali ketika akhirnya saya menerima buku Jalan Surga Jalan Dunia karya Pak Syamudin Machfoedz dari seorang yang mengirimi saya pesan kutipan isi buku itu.
Saya selalu tertarik untuk membaca buku-buku motivasi. Tak terkecuali buku karya Pak Syamudhn Machfoedz ini. Namun, buku ini berbeda dengan buku motivasi yang kebanyakan hanya berorientasi pada dunia. Dari judulnya saja, sudah menggambarkan bahwa buku ini sedikit banyak menyadarkan kita akan tujuan akhir manusia yang seharusnya. Buku ini bukan hanya sekedar buku motivasi bisnis, melainkan juga motivasi untuk menjadikan hidup kita lebih bermakna.
Buku ini seolah mengingatkan kita pada sebuah kalimat “Letakkan dunia di tanganmu, bukan di hatimu.” Harta, pangkat, jabatan dan nama besar cukup untuk kita letakkan di tangan, sehingga bukannya kita yang diperbudak harta, pangkat, jabatan dan nama besar, tetapi justru semua itu sebagai modal untuk kita meraih jalan ke surga. Jalan surga jalan dunia. Ya, jalan menuju surga adalah jalan yang ada di dunia. Jika kita berkeinginan meraih surga, pandai lah menggunakan dunia sebagai fasilitator menuju surga.
Cintailah dunia sekehendakmu, tetapi ingatlah bahwa mereka semua akan meninggalkanmu. Mungkin sebagian dari kita terasa sangat sedih berkepanjangan ketika ditinggal oleh orang yang kita sayangi. Mungkin kita merasa sangat galau ketika apa yang kita dapatkan tak sesuai harapan. Mungkin kita merasa sangat bodoh ketika bisnis kita tertipu. Buku ini mengajari kita bagaimana menyikapinya. Bagaimana seharusnya kita mengubah pola pikir kita dari negatif menjadi positif. Bukankah Tuhan sesuai dengan persangkaan hamba-Nya?
Nur Muhammadian, seorang ahli NLP (Neuro Linguistic Programming) pernah berkata, “Kebahagiaan adalah tanggung jawab Anda sendiri. Tidak ada seorang pun yang mampu menyakiti hati Anda bila Anda tidak mengijinkannya. Fokuslah pada kebahagiaan, karena lebih banyak alasan untuk itu dibanding sebaliknya.” Zaman sekarang, kebanyakan remaja dan anak muda terlalu menikmati yang namanya “Galau”. Buku ini sangat saya rekomendasikan pada semua khususnya pada yang kerap kali galau. Bahwa kebahagiaan hanyalah masalah sudut pandang kita menyikapi hidup.
Seorang penyanyi nasyid, Kang Abay, malah membikin kosa kata baru, Galau Positif. Ya, galau itu ternyata tidak semuanya negatif. Galau positif bisa dicontohkan seperti yang digambarkan Pak Syamsudin Machfoedz. Ketika kita mempunyai hutang dan besok waktunya bayar sementara sekarang kita tidak punya uang, maka dalam pikiran kita bukanlah kedatangan seorang debt collector esok hari yang akan menyakiti kita. Jadikan kegalauan yang kita miliki menjadi galau positif. Jika kita punya hutang dan esok waktunya bayar, jadikan motivasi buat kita agar esok harus bangun lebih pagi, bekerja keras mencari uang.
Buku ini bukan hanya sekedar ‘omong doang’, tetapi merupakan sebuah perenungan p`njang dari pengalaman penulis sendiri. Bagaimana penulis jatuh bangun di dunia bisnis, bagaimana seorang penulis belajar ikhlas ketika ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dicintai. Sangat banyak contoh yang mencerahkan dan menyadarkan kita bagaimana caranya menyikapi masalah, bagaimana caranya menikmati hidup, bagaimana caranya menuju jalan surga lewat jalan dunia. Namun semua kembali pada diri kita. Buku motivasi sebagus dan sebanyak apapun yang Anda baca, tak akan bermakna kecuali ada tekad kuat dalam diri untuk berubah menjadi lebih baik.
Hidup ini indah jika kita berdoa, berusaha, lalu menyerahkan sepenuhnya pada Sang Pemberi Hidup. Hidup ini indah dan penuh dengan kebahagiaan jika kita pandai menyikapi hidup. Begitu banyak pengalaman dari Pak Syamsudin Machfoedz yang beliau ungkapkan dalam buku ini. Nikmati bukunya, dan selamat menerapkannya dalam hidup Anda. Tunggu apa lagi? Saatnya kita mengubah mind-set negatif menjadi positif. If not you then who? If not now then when?

Bandung, 9 Desember 2012 
(Vina N Istighfarini – Mahasiswi,  penikmat buku, bergiat di Forum Lingkar Pena)

Related Post